Langsung ke konten utama

Membangun Peradaban Dengan Perbaikan

 Membangun Peradaban Dengan Perubahan


       Berbicara mengenai konsep beragama menurutku mirip dengan konsep ideologi. Bukan hanya ideologi sebagai Idea atau Logos, melainkan juga ideologi sebagai sistem hidup. Itulah kenapa menurutku dalam beragama menjadi baik saja tidak cukup. Mari kita telaah lebih lanjut sebagai umat muslim terlebih sebagai mahasiswa yang berasal dari dua kata yaitu “maha” yang berarti lebih, paling dan “siswa” yang berarti pelajar. Jadi, kata mahasiswa berarti adalah pelajar yang paling tinggi kedudukannya dibanding tingkat pelajar yang lain. Seharusnya kita bisa lebih menyadari bahwa sebagai seorang yang terpelajar mesti juga bisa menjadi orang-orang yang melakukan perubahan terutama di lingkungannya. Tanpa kita sadari sejatinya perubahan tersebut yang pada akhirnya akan membawa manusia pada peradaban. 

    Pada kesempatan kali ini aku ingin berbagi cerita dengaan kalian mengenai kisahku dan teman-temanku. Kejadian ini bermula di daerah Grogol, Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah. Saat itu aku sedang dalam perjalanan, kemudian kulihat ada seorang kakek menggunakan kursi roda sedang membawa gas besar di depan kursi rodanya. Kakek ini betu-betul menjalankan kursi roda dengan tangannya sendiri. Beliau melewati jalan raya yang besar, ramai, dan dengan jalan yang menanjak. Timbullah keinginanku untuk membantu kakek tersebut membawa gas itu. Akhirnya aku bicara dengan kakeknya, tetapi aku cukup bingung saat itu karena untuk membonceng kakenya sendiri pun susah. Beliau ternyata benar-benar tidak bisa jalan dan berdiri. Namun, alhamdulillahnya setelah meminta bantuan orang di jalan kakek itu bisa aku bonceng. 

    Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh, sampailah kami di depan sebuah masjid. Kakek tersebut menyuruh aku untuk berhenti disana. Ternyata beliau bilang bahwa beliau tinggal di masjid, tepatnya gudang masjid. Akupun bertanya "mbah, niki gasipun ajeng dicaosaken pundi nggih?" lalu beliau menjawab bahwa gas tersebut adalah titipan dari tetangganya yang bertempat tinggal di sekitar masjid. Kemudian aku pun mengobrol panjang lebar dengan kakeknya. Hal yang membuat aku cukup kaget adalah upah yang diberikan kepada kakek tersebut untuk membawa gas adalah Rp. 2000,- saja. Beliau bercerita dengan wajah yang selalu tersenyum dengan ikhlasnya. Kakek tersebut juga bercerita kalau beliau sering sekali mencari kerja serabutan di daerah yang begitu jauh. Satu lagi yang membuat hatiku teriris adalah saat aku bertanya "kenging punopo kok mboten tumbas gas ten warung ingkang cerak mbah?", dan kakeknya bilang karena gas yang jauh harganya Rp. 18.000,- dan yang dekat adalah Rp. 21.000. Diketahui kakek ini juga tinggal di masjid sendirian. Beliau tidak punya keluarga sama sekali dan tidak bisa berjalan karena pernah 3x jatuh. Kakek ini juga bercerita kalau beliau juga sering menjadi muadzin di masjid tersebut. 

    Aku yang merasa terketuk dengan kisah kakek ini pun akhirnya menceritakan hal ini kepada teman-temanku yang lain. Akhirnya dengan keberanian, kami memutuskan untuk membuka donasi, yang mana nantinya akan disalurkan ke kakek tersebut. Alhamdulillah Wa Syukurillah setelah membuka donasi di twitter dalam jangka waktu seminggu, uang yang telah terkumpul sangat lebih dari cukup. Uang yang  terkumpul itu, kami gunakan bersama-sama membeli kursi roda baru, beberapa sembako, dan juga makanan untuk kakek ini. Setelah itu kami menjenguk kakek tersebut sekaligus berkenalan dengan beliau. Ternyata saat kami berkunjung ternyata kami menemui salah satu orang baik dari Rumah Zakat Solo atas nama Mas Afif. Singkat cerita ternyata nama kakek ini adalah Kakek Suparman atau dikenal dengan sebutan Kakek Kiyo. Beliau bercerita bahwa beliau bisa makan sehari-hari dengan titip sembako di rumah tetangganya, yang nantinya akan dimasak oleh tetangganya tersebut. Beliau juga cerita bahwa dulu punya ibu yang sudah meghilang sejak lama karena maaf, ibunya mengalami gangguan jiwa karena ayah dari Kakek Kiyo ini menjual sawah, rumah, dan membawa semua uang. Kakek Kiyo juga bercerita kalau memiliki satu kakak yang sudah meninggal dan satu adik yang hilang entah kemana. 

    Banyak sekali pelajaran yang bisa aku dan kita ambil dari kisah ini. Di dalam segala keterbatasan manusia dalam melakukan perbaikan, tentu masih sempat ditopang dan dinaungi saat timbul keinginan untuk gugur begitu saja. Contohnya saat ingin membuka donasi bersama untuk membantu Kakek Kiyo, aku dan teman-temanku sudah sempat merasa pesimis duluan. Kami takut jika nantinya yang turut serta berdonasi hanya sedikit. Akan tetapi di dalam logika manusia yang terlalu sempit ini, masih sempat diberi jalan untuk menemukan yang lebih penting dari ego manusia semata. Ego yang kerap mengesampingkan percaya kepada janji-Nya. Tapi baiknya Allah kepada manusia, masih sempat diberi tempat bersimpuh paling nyaman dari riuh redanya dunia yang kerap menenggelamkan asa. Hanya dengan-Nya, percakapan paling panjang ini tak pernah ku temui mengecewakan, bahkan sejauh apapun manusia menjauh dan meragukan. 

    Bisikan lirih ke bumi yang darinya mampu menyentuh bumantara. Bahkan ketika hujan sudah tidak ada gunanya bagi bunga yang telah mati Namun, ini adalah kumpulan dari kepercayaan dan dari situ timbullah kekuatan. Percakapan paling panjang ini bukan perihal berjalan searah. Bukan pula sekedar menengadah dan meminta. Namun, percakapan paling panjang ini berhalan dua arah memberi dan diberi. Tak perlu risau, Allah Subhana Wata'ala selalu tau bahkan satu titik kecil di hatimu. Ini adalah sebuah koneksi. Sebuah jawaban dari pertanyaan bahwa Allah Subhana Wata'ala akan selalu menjawab segala niat baik hamba-Nya. Sebagaimana dalam firmannya “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang telah Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadid : 7)

    Aku menegaskan bahwa cerita ini bukanlah ajang untuk pamer kebaikan. Tujuanku untuk berbagi cerita ini adalah untuk mengajak teman-teman untuk LEBIH PEKA. Bahwa saat ini banyak aku temui jarang sekali orang yang perduli dengan apa yang terjadi di lingkungannya. Aku mengajak teman-teman untuk selalu membantu dan berbagi sesuatu bagi mereka yang membutuhkan. Sekecil apapun itu, pasti mereka yang kita tolong akan menerima bantuan tersebut. Bahkan bantuan itu tidak harus selalu berbentuk finansial loh. Terkadang bantuan tenaga, waktu, ataupun pemikiran adalah hal sederhana yang tidak kita sadari sangat berharga untuk mereka. 

   Apa keterkaitan Peradaban dan Perubahan? Sejatinya jika kita telaah kata peradaban Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Kemudian mahasiswa di dalam masyarakat juga memiliki salah satu peran yaitu sebagai Agen Perubahan.  Mahasiswa yang diharapkan oleh masyarakat menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bermartabat, lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih tentram sehingga timbullah suatu kemajuan. Mahasiswa seharusnya bisa menjadi garda terdepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang sejak lama diimpikan oleh masyarakat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum serta golongan yang "eksklusif". 

    Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik, dan pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Bila belum mampu membangun peradaban melalui hal yang besar, mari kita awali dengan hal kecil di sekitar kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tetaplah dalam Penjagaan Meskipun Jatuh Cinta

  Tetaplah dalam Penjagaan Meskipun Jatuh Cinta       Berbicara mengenai cinta memang merupakan topik yang cukup berat, terutama bagi para pemuda yang sedang berusaha teguh dalam pendirian untuk menjaga kesucian dirinya.  Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan, antara lelaki dan perempuan. Manusia dianugerahi perasaan cinta dan kasih sayang. Oleh karena itu, menjadi fitrahnya manusia ingin mencintai dan dicintai satu sama lain. Jika kebutuhan mencintai dan dicintai terpenuhi, hatinya menjadi tenteram, damai, dan bahagia.  Pertanyaannya, "Mengapa Allah menanamkan rasa cinta pada diri manusia? Apakah cinta merupakan sumber kebahagiaan? Ataukah justru penyebab berbagai masalah kemanusiaan? Bagaimana mengaktualisasikan "fitrah cinta" manusia dalam rangka mewujudkan ketaatan dan dedikasi sejati kepada Allah SWT dan dalam menjalani kehidupan rumah tangga?"       S ejatinya cinta adalah fitrah manusia sekaligus merupakan anugerah dari Allah  Subhanahu wa ta&#

Cita-Cita Tertinggi Seorang Muslimah

 Cita-Cita Tertinggi Seorang Muslimah Ternyata tagline menjadi ibunda peradaban Islam adalah hal yang besar. Yang tentu perlu usaha dan effort yang besar pula. Hikmah besar yang kudapat kemarin bahwa sebelum menjadi ibunda peradaban yang akan melahirkan generasi pemimpin peradaban Islam kelak, maka sedini mungkin perlu mempersiapkan diri, melalui misalnya berpola makan sehat, berolahraga teratur, rutin mencharge dan mengupgrade diri baik dari segi fikriyah, jasadiyah dan pun ruhiyahnya. Layaknya kamu ingin bercita cita menjadi seorang dokter, maka perlu jenjang bahkan sampai bertahun tahun menempuh pendidikan untuk mempersiapkan bekalnya, begitupun ketika cita citamu menjadi ibunda peradaban, karir tertinggi bagi seorang muslimah, yang begitu mulianya cita cita itu. Sebagaimana para shahabiyah dan ummahat terdahulu begitu menjaga dirinya dari apa yang Allah haramkan, dan menjauhkan apa apa yang membuatnya menjadi terlena dengan hal² sia. Pun kamu harus demikian melawan dan menjaga diri

Melangitkan Target Hafalan Qur’an

Melangitkan Target Hafalan Al-Qur’an           Menghafal Al-Qur’an adalah ibadah yang dahsyat, ia merupakan dzikir yang paling agung. Membaca Al-Quran berarti berbincang-bincang dengan Rabb Semesta. Adakah yang bisa mendatangkan ketenangan melebihi ini? Sayangnya, banyak penghafal Al-Quran yang hafalannya justru menjadi sumber kegelisahan. Semakin banyak hafalan, justru semakin stres dan gelisah. Mungkin, kamu salah satunya.            Tulisan ini, semoga menjadi tamparan yang segera mengembalikan kesadaran kita terhadap Al-Quran sebagaimana fungsi aslinya, yaitu sebagai sumber ketenangan. Sebab, jika kita mengaku menghafal Al-Quran, tapi Al-Quran justru menjadi kegelisahan, pasti ada yang salah dalam proses yang kita lakukan. Ini tentang target. Kebanyakan, target kita menghafal Al-Quran adalah selesai 30 juz. Dan, tak banyak yang sadar, target seperti inilah yang berkali-kali telah berhasil menjatuhkan para penghafal Al-Quran. Semangat mereka akhirnya meregang nyawa dan perlahan mati