Melangitkan Target Hafalan Al-Qur’an
"Mengapa hafalan saya tidak kunjung selesai.. "
"Ah, ternyata menghafal Al-Quran itu susah.. "
"Kapan ya hafalan saya bisa lancar.. "
Iya, kamu memang tidak pernah mengucapkannya dari lisan. Tapi kegelisahan-kegelisahan semacam itu terus ada dan tak berhenti mengacaukan hati dan pikiranmu. Jujur saja.
Sebab dari pada itu izinkan saya mengatakan ini, bahwa 'selesai 30 juz' adalah target yang salah. Bagi penghafal Al-Quran, target ini terlalu rendah. Target penghafal Al-Quran harus melangit lebih dari itu. Target yang lebih penting dari 30 juz adalah: Bisa selalu bersama Al-Quran.Kebersamaan dengan Al-Quran jauh lebih dahsyat daripada selesai 30 juz. Penghafal Al-Quran yang mengaku telah menyelesikan 30 juz, tapi kebersamaannya dengan Al-Quran terhenti, maka saat itu juga ia bukan lagi penghafal Al-Quran.
Sebaliknya, saat target kita adalah untuk 'terus bersama Al-Quran', sesungguhnya 30 juz sudah terlewat sejak hari pertama kita berjuang . Sebab, hari-hari kita menjadi fokus pada menikmati kebersamaan dengan Al-Quran dan tak peduli lagi pada 'kapan hafalan ini akan selesai'. "Bisa bersama Al-Quran sudah lebih dari segelanya. " Kesadaran tersebut sudah harus tertanam kuat dalam hati. Sehingga, tak akan ada lagi kegelisahan. Yang ada, kenikmatan.
Hari-hari perjuangan menjadi hari-hari menikmati Al-Quran. Bahkan, saat hafalan tak kunjung selesai dan tak kunjung lancar, kesadaran tersebut menghadirkan ketenangan dan kenikmatan tersendiri. Sebab jika ketidak-lancaran menjadikan kita semakin sering berinteraksi dengan Al-Quran, mengapa kita harus bersedih? Alhasil, target semacam ini akan memberikan kekuatan yang besar, sebab tak ada lagi alasan apapun yang bisa menjatuhkan pejuang Al-Quran yang mencintai kebersamaan dengan Al-Quran. Mereka begitu kuat!
— Dikutip dari pesan Ustadz Ahmad Khoirul Anam, semoga Allah selalu menjaganya.
Komentar
Posting Komentar